Rabu, 02 Juni 2010

BUDI DAYA JAMUR MERANG PADA LIMBAH PADA INDSTRI PULP DAN KERTAS



Deskripsi
Jamur merang bernilai gizi tinggi dan bernilai ekonomi
Bahan
limbah padat ind pulp dan kertas bekatul, urea, TSP biakan murni
Alat
Alat pasteurisasi dan kompor pemanas Bedeng jamur Bedeng kompos
Tahap pekerjaan

- Pembuatan kompos limbah padat ind pulp dan kertas, pengomposan adalah penguraian zat organik komplek menjadi zat organik. Pada proses pengomposan dilakukan penambahan bahan nutrisi (bekatul, urea, TSP) dan pengaturan PH. Tahap ini merupakan tahap penyusunan tumpukan limbah padat, penambahan nutrisi, pembongkosaran dan pembalikan tumpukan. Pembongkaran dan pembalikan tumpukan dilakukan beberapa kali sampai kualitas kompos memenuhi syarat pertumbuhan jamur, lebih kurang 9 hari waktu pengomposan

- Pasteurisasi ialah pemanasan kompos dan ruangan rumah jamur dengan uap panas sampai temperatur 70 derajat C selama waktu 5-7jam. Suhu kompos dipertahankan 70 derajat C selama 2-3 jam.

- Pembuatan bibit, meliputi pembuatan biakan murni, pembuatan bahan stater I, pembuatan bahan stater II, pembuatan bahan spawning Pembuatan biakan murni dilakukan pada media agar nutrisi yang mengandung bekatul dan gula didalam tabung reaksi. Dari satu tabung biakan murni tsb dapat dibiakkan dalam beberapa media bahan stater I (kira2 10 botol), dari stater I dapat dibiakan dalam beberapa media bahan stater II (kira2 50 botol), maka bibit siap dikembangkan kebahan spawning pada media limbah padat yang telah dipasteurisasi dan tambah bekatul.

-Penanaman jamur, pada kompos yang telah dipasteurisasi dalam bedeng jamur (shed) dan suhu telah turun sampai 35-40 derajat C dilakukan penaburan bibit jamur (spawning). Penaburan bibit dilakukan dengan memasukkan bibit ke dalam lapisan kompos dan sisanya disebar diatas permukaan kompos, dengan tinggi lk 25-30 cm.

- Pemeliharaan, berupa : mengatur suhu dan kelembaban udara dalam shed. Suhu dipertahankan pada 35-40 derajat C dan kelembaban pada 80-90%. Ventilasi udara diatur sebaik-baiknya agar kelembaban kompos dapat terjada. Membuang jamur-jamur liar teruma jenis coprinus. Tutup plastik bedeng harus serapat mungkin, jangan sampai terjadi kebocoran. Lama pertumbuhan jamur antara 14-16 hari.

- Panen, dilakukan sebelum tubuh buahnya mekar. Lama pemetikan jamur dalam masa panen berkisar 14-16 hari.

Selasa, 01 Juni 2010

Minggu, 23 Mei 2010

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Meskipun jagung di Indonesia merupakan komoditi pangan terpenting ke dua setelah padi/beras, namun bagi kehidupan sebagian masyarakat petani di daerah Kec. Malangbong sampai tahapan sekarang, jagung masih merupakan komoditi pangan andalan. Jagung selain sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja, juga sebagai komoditi tradable yang dapat menghasilkan devisa negara melalui ekspor, khususnya di masa-masa mendatang. Di masa depan terdapat indikasi kuat bahwa tingkat permintaan jagung oleh industri akan terus meningkat, seiring dengan penambahan penduduk dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat, meskipun tingkat partisipasi konsumsi dan tingkat konsumsi rumah tangga cenderung akan menurun, baik secara regional (di Kec. Malangbong) maupun secara nasional (di Indonesia). Tingkat konsumsi jagung rumah tangga di Kec. Malangbong menurun dari 16,8 kg/kap/thn pada tahun 2006, menjadi 13,9 kg/kap/thn pada tahun 2008, dan di tingkat nasional menurun dari 9,72 kg/kap/thn pada tahun 2005, menjadi 6,81 kg/kap/thn pada tahun 2008 (Diperta Kec. Malangbong, 2010, Departemen Pertanian, 2010). Sementara tingkat partisipasi konsumsi keluarga menurun dari 52,3 persen pada tahun 2006 menjadi 46,3 persen pada tahun 2008 (Edi, S P. 2010).
Dilihat dari segi laju peningkatan produksi jagung dalam dua tahun ini (2006-2008), ternyata peningkatan tanaman Jagung semakin menurun. Ini karena terjadinya perpindahan propesi tani ke pekrjaan yang lebih menjanjikan demi memenuhi kebutuhan hidup yang semakin tinggi, akibat dari naiknya harga pupuk yang harus dibeli tiap bulan untuk penanaman Jagung agar hasil yang didapat menjadi baik dan juga tida seimbangan harga yang dijual petani dengan modal yang telah petani keluarkan untuk menanam jagung itu sampai panen.
Dan juga ini disebabkan terjadinya impor jagung di Negara-negara luar yang harganya relatip legih murah dengan kualitas yang baik berbeda dengan yang dijual di pasaran dengan harga yang tinggi dan kualitas kalah dengan jagung yang di impor ini mengakibatkan petani jagung semakin susah dalam mengembangkan usaha taninya dan akhirnya beralih propesi ke bidang yang lain yang bias menjanjikan.





1.2 Rumusan Makalah

Isi dari makalah ini akan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan berikut ini, diantaranya :
1. Apa depinisi dari NTP ?
2. Perhitungan dari NTP ?
3. Bagaimana cara menghasilkan komoditi jagung yang baik ?

1.3 Tujuan Makalah
1. Menghasilkan tanaman jagung yang bagus ;
2. Mengenal panen dan paska panen tanaman jagung ;

1.4 Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memiliki kegunaan yang bermanfaat bagi pembaca dan penulis, khususnya kalangan umum dan mahasiswa. Secara ringkas makalah ini memiliki beberapa kegunaan yang dirumuskan secara praktis.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Depinisi NTP
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan hubungan antara hasil pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa lain yang dibeli oleh petani. Secara konsepsional nilai tukar petani adalah mengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga petani dan keperluan dalam memproduksi barang-barang pertanian. Di sini petani dalam komoditas petani jagung. Dalam kapasitas petani sebagai produsen, dapat dihitung nilai tukar petani (NTP) terhadap biaya produksi dan penambahan barang modal, sedangkan jika petani dalam kapasitas khusus sebagai konsumen dihitung NTP terhadap konsumsi rumah tangga petani, dan besaran indeks yang disebut NTP adalah hasil bagi antara indeks harga yang diterima (dari hasil produksi) dengan indeks harga yang dibayar petani untuk keperluan rumah tangga petani dan atau keperluan dalam memproduksi barang-barang pertanian. NTP dibatasi sebagai nisbah antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani.
Indeks harga yang diterima petani (It) adalah perbandingan antara harga yang diterima petani pada tahun berlaku dengan harga tersebut pada tahun dasar. Sedang perbandingan antara harga yang dibayarkan petani pada tahun berlaku dengan harga yang dibayarkan petani pada tahun dasar merupakan indeks harga yang dibayarkan petani (Ib) (BPS 1994). NTP ditentukan oleh interaksi antara empat unsur harga yang terpisah, yaitu harga luaran pertanian, harga masukan pertanian, harga luaran sektor industri perkotaan (non pertanian) dan harga masukan sektor non-pertanian.
Pemerintah dapat mempengaruhi keempat harga-harga di atas dengan tujuan yang sangat khusus. Kalau semua campur tangan pemerintah ini dikombinasikan, maka akan terbentuklah nilai tukar sektor pertanian/pedesaan terhadap sektor perkotaan atau industri. Oleh karena itu, nilai ini dapat dipakai sebagai petunjuk tentang keuntungan di sektor pertanian dan kemampuan daya beli barang dan jasa dari pendapatan petani. Jika seandainya campur tangan pemerintah ini tidak ada, maka nilai tukar akan ditentukan oleh kekuatan pasar.
Dalam jangka pendek tampaknya menurunnya NTP tidak berpengaruh pada petani untuk mengurangi atau menghentikan kegiatan usahatani. Hal ini antara lain karena petani tidak memiliki keterampilan untuk menekuni profesi lain di bidang non-pertanian, petani tidak punya modal cukup untuk bergerak di bidang non-pertanian, dan kondisi lahan pertanian yang ada hanya menguntungkan bagi petani untuk menghasilkan produksi pertanian. Kecenderungan rendahnya NTP akan dapat mengurangi insentif petani meningkatkan produktivitas pertanian secara optimal dalam jangka panjang. Kondisi demikian dapat mengurangi laju peningkatan produksi relatif terhadap laju peningkatan konsumsi dalam negeri.
2.1.2 Perhitungan NTP
Disini ada beberapa konsep perhitungan dari NTP itu sendiri diantaranya :
(1) Konsep barter: yang menunjukkan harga nisbi suatu komoditas tanaman terpilih yang dihasilkan petani terhadap barang niaga bukan-pertanian yang dibutuhkan petani dengan rumus matematis :
Px
NT = X 100 %
Py
Px adalah harga atau indeks harga komoditas yang dihasilkan petani dan Py adalah harga atau indeks harga komoditas yang dibeli petani.
(2) Konsep faktor tunggal: yang menunjukkan pengaruh perubahan teknolog terhadap nilai tukar (1) dan dirumuskan sebagai:
NT* = Ey x NT
Ey adalah tingkat produktivitas komoditas pada waktu tertentu diukur sebaga nisbah nilai hasil dibagi biaya produksi yang dikorbankan per hektar untuk memperoleh hasil.


(3) Konsep pendapatan: yang menyatakan nisbah nilai hasil yang diproduksi petan
dengan nilai keluaran per hektar untuk memperoleh hasil, sehingga ditulis sebagai :
Px.Qx
NT = x 100
Py.Qy

(4) Konsep subsisten: menyatakan nilai hasil komoditas yang dihasilkan petani yang mampu ditukarkan dengan sejumlah nilai barang yang diperlukan petan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari bersama rumah tangganya
(Badan Litbang - UKSW 1984). Konsep ini dirumuskan sebagai berikut :



Px Qx
NT = x 100
(PyQy) + (PzQz)
yang mana z adalah satuan komoditas yang dibeli petani guna memenuhi kebutuhan hidupnya.







(5) Konsep BPS: Nilai tukar yang dihitung oleh BPS ini lebih mendekati rumus nomor 4 yang mana indeks harga yang diterima dan indeks harga yang diterima petani dihitung menurut metode Laspeyres. Sehingga besaran nilai tukar yang dipublikasikan oleh BPS dirumuskan sebagai berikut :
It
NT = x 100,
Ib
dan
Pt x Pt-1 Qo
Pt-1
It = x 100
P Q

It adalah indeks dan Pt adalah harga bulan ke-t; Pt 1 dan PoQo adalah nilai konsumsi tahun dasar.

Dengan melihat batasan-batasan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan perhitungan nilai tukar parsial dan nilai tukar agregat tergantung pada jenis data yang ada. Nilai tukar adalah fungsi dari indeks harga yang diterima dan indeks harga yang dibayar oleh petani. Sedangkan indeks harga yang diterima petani adalah fungsi dari indeks harga tanaman bahan makanan dan perdagangan serta indeks harga yang dibayar petani adalah fungsi dari indeks harga konsumsi rumah tangga dan indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal.
Selanjutnya indeks harga yang diterima petani untuk tanaman bahan makanan merupakan fungsi dari indeks harga padi, palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumah tangga merupakan fungsi dari indeks harga makanan, perumahan, pakaian, aneka barang dan jasa; indeks harga yang dibayar petani untuk biaya produksi dan penambahan barang modal adalah fungsi dari biaya untuk non-faktor produksi, faktor produksi dalam hal ini upah dan lainnya,
2.1.3 Cara menghasilkan komoditi jagung yang baik :
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan tepat.
Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan.
Teknologi budidaya
Varietas Unggul Penggunaan varietas unggul (baik hibrida maupun komposit) mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan produktivas jagung. Memilih varietas hendaknya melihat deskripsi varietas terutama potensi hasilnya, ketahanannya terhadap hama atau penyakit, ketahanannya terhadap kekeringan, tanah masam, umur tanaman, warna biji dan disenangi baik petani maupun pedagang. Beberapa varietas unggul jagung yang dapat dijadikan sebagai pilihan untuk budidaya jagung disajikan pada Tabel 1. Benih Bermutu Penggunaan benih bermutu merupakan langkah awal menuju keberhasilan dalam usahatani jagung. Gunakan benih bersertifikat dengan vigor tinggi. Sebelum ditanam hendaknya dilakukan pengujian daya kecambah benih. Benih yang baik adalah yang mempunyai daya tumbuh lebih dari 95%. Hal ini penting karena dalam budidaya jagung tidak dianjurkan melakukan penyulaman tanaman yang tidak tumbuh dengan menanam ulang benih pada tempat tanaman yang tidak tumbuh. Pertumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak normal karena adanya persaingan untuk tumbuh, dan biji yang terbentuk dalam tongkol tidak penuh akibat penyerbukan tidak sempurna, sehingga tidak akan mampu meningkatkan hasil.







varietas Tahun pelepasan Potensi hasil
(t/bt) Umur panen
(bulan) Ketahanan penyakit bulay Keunggulan spesifik
Komposit/bersari bebas
Malangbong

2008

40

4

Agak toleran

Tahan kekeringan
Hibrida


Bisi 12


2009


9


4


Agak toleran


Umur sedang


Benih yang bermutu, jika ditanam akan tumbuh serentak pada saat 4 hari setelah tanam dalam kondisi normal. Penggunaan benih bermutu akan lebih menghemat jumlah benih yang ditanam. Populasi tanaman yang dianjurkan dapat terpenuhi (sekitar 66.600 tanaman/ha). Sebelum ditanam, hendaknya diberi perlakuan benih (seed treatment) dengan metalaksil (umumnya berwarna merah) sebanyak 2 gr (bahan produk) per 1 kg benih yang dicampur dengan 10 ml air. Larutan tersebut dicampur dengan benih secara merata, sesaat sebelum tanam. Perlakuan benih ini dimaksudkan untuk mencegah serangan penyakit bulai yang merupakan penyakit utama pada jagung. Benih jagung yang umumnya dijual dalam kemasan biasanya sudah diperlakukan dengan metalaksil (warna merah) sehingga tidak perlu lagi diberi perlakuan benih.
Penyiapan Lahan Pengolahan tanah untuk penanaman jagung dapadilakukan dengan 2 cara yaitu olah tanah sempurna (OTS)dan tanpa olah tanah (TOT) bila lahan gembur. Namun bilatanah berkadar liat tinggi sebaiknya dilakukan pengolahantanah sempurna (intensif). Pada lahan yang ditanami jagungdua kali setahun, penanaman pada musim penghujan(rendeng) tanah diolah sempurna dan pada musim tanamberikutnya (musim gadu) penanaman dapat dilakukan dengantanpa olah tanah untuk mempercepat waktu tanam.
Penanaman
Cangkul/koak tempat menugal benih sesuai denganjarak tanam lalu beri pupuk kandang atau kompos 1-2genggam (+50-75 gr) tiap cangkulan/koakan, sehinggatakaran pupuk kandang yang diperlukan adalah 3,5-5 t/haPemberian pupuk kandang ini dilakukan 3-7 hari sebelumtanam. Bisa juga pupuk kandang itu diberikan pada saatanam sebagai penutup benih yang baru ditanam/ditugaJarak tanam yang dianjurkan ada 2 cara adalah: (a) 70 cm x20 cm dengan 1 benih per lubang tanam, atau (b) 75 cm x 40cm dengan 2 benih per lubang tanam). Dengan jarak tanamseperti ini populasi mencapai 66.000–71.000 tanaman/ha.

Pemupukan
Berdasarkan hasil tanaman jagung di Lamp350-400 kg urea/ha, 100KCl/ha. Takaran pupuk daTabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Takaran pupuk dan waktu pemberiannya pada tanaman jagung, bila menggunakan pupuk tunggal Urea, SP-36 dan KCl.
Waktu pemupukan Urea
(kg/bt) SP-36
(kg/bt) KCL (kg/bt)
7 hari setelah tanam (hst) 15 20 15
20-30 hst 20 - -
40-50 hst
(gunakan BWD) 15-20 - -

Keterangan : BWD = Bagan warna daun
Hst = hari setelah tanam






Tabel 3.Takaran pupuk dan waktu pemberiannya pada tanaman jagung bila menggunakan pupuk NPK 15:15:15 (Phonska).

Waktu pemupukan
Urea (kg/bt) Phonska (kg/bt)
7 hari setelah tanam (hst)
- 25
20-30 hst 15 -
40-50 hst
(gunakan BWD) 10-15 -

Keterangan : BWD = bagan warna daun

Cara Pemupukan.
• Cara pemberian pupuk, ditugal sedalam kira-kira 5 cmsekitar 10 cm di samping pangkal tanaman dan ditutupdengan tanah.
• Bagan warna daun hanya digunakan pada waktupemberian pupuk ketiga. Sebelum pemupukan, dilakukan pembacaan BWD dengan cara menempelkan daun jagung teratas yang sudah sempurna terbuka. Waktu pembacaan sebaiknya sore hari agar tidak terpengaruh dengan cahaya matahari.
• Pada saat pemupukan III (45-50 hari sesudah tanam), untuk menentukan jumlah pupuk Urea yang diberikan ukur tingkat kehijauan daun menggunakan Bagan Warna Daun

Penyiangan
Penyiangan dilakukan dua kali selama masa pertumbuhan tanaman jagung. Penyiangan pertama pada umur 14-20 Hari sesudah tanam dengan cangkul atau bajak sekaligus bersamaan dengan pembumbunan. Penyiangan kedua dilakukan tergantung pada perkembangan gulma (rumput). Penyiangan kedua dapat dilakukan dengan cara manual seperti pada penyiangan pertama atau menggunakan herbisida kontak seperti Gramoxon atau Bravoxone 276 SL atau Noxone 297 AAS. Pada saat menyemprot nozzle diberi pelindung plastik berbentuk corong agar tidak mengenai daun jagung.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung adalah penyakit bulai dan jamur (Fusarium sp). Pengendalian penyakit bulai dengan perlakuan benih, 1 kg benih dicampur dengan metalaksis (Ridhomil atau Saromil) 2 gr yang dilarutkan dalam 7,5-10 ml air. Sementara itu untuk jamur (Fusarium) dapat disemprot dengan Fungisida (Dithane M-45) dengan dosis 45 gr / tank isi 15 liter. Penyemprotan dilakukan pada bagian tanaman di bawah tongkol. Ini dilakukan sesaat setelah ada gejala infeksi jamur. Dapat juga dilakukan dengan cara membuang daun bagian bawah tongkol dengan ketentuan biji tongkol sudah terisi sempurna dan biji sudah keras. Hama yang umum mengganggu pertanaman jagung adalah lalat bibit, penggerek batang dan tongkol. Lalat bibit umumnya mengganggu pada saat awal pertumbuhan tanaman, oleh karena itu pengendaliannya dilakukan mulai saat tanam menggunakan insektisida carbofuran utamanya pada daerah-daerah endemik serangan lalat bibit. Untuk hama penggerek batang, jika mulai nampak ada gejala serangan dapat dilakukan dengan pemberian carbofuran (3-4 butir carbofuran/tanaman) melalui pucuk tanaman pada tanaman yang mulai terserang. Hama penggerek batang dikendalikan dengan memberikan insektisida carbofuran sebanyak 3-4 butir dengan ditugal bersamaan pemupukan atau disemprot dengan insektisida cair fastac atau regent dengan dosis sesuai yang tertera pada kemasan.
Pengairan (Pada musim kemarau)
Pengairan diperlukan bila musim kemarau pada fase-fase (umur) pertumbuhan, 15 hst, 30 hst, 45 hst, 60 hst, dan 75 hst. Pada fase atau umur tersebut tanaman jagung sangat riskan dengan kekurangan air. Pengairan dengan pompanisasi pada wilayah/daerah yang terdapat air tanah dangkal sangat efektif untuk dikembangkan pada budidaya jagung

2.2 Pembahasan
Jagung selain untuk keperluan pangan, juga digunakan untuk bahan baku industri pakan ternak, maupun ekspor. Teknologi produksi jagung sudah banyak dihasilkan oleh lembaga penelitian dan pengkajian lingkup Badan Litbang Pertanian maupun Perguruan Tinggi, namun belum banyak diterapkan di lapangan. Penggunaan pupuk urea misalnya ada yang sampai 600 kg/ha jauh lebih tinggi dari kisaran yang seharusnya diberikan yaitu 350-400 kg/ha. Teknologi pasca panen yang masih sederhana mengakibatkan kualitas jagung di tingkat petani tergolong rendah sehingga harganya menjadi rendah. hal ini dikarenakan petani pada umumnya menjual jagungnya segera setelah panen. Cara pengeringan yang banyak dilakukan, yaitu pengeringan di pohon sampai kadar air 23-25% baru dipanen dan langsung dipipil yang selanjutnya dijual. Dalam upaya pengembangan jagung yang lebih kompetitif, diperlukan upaya efisiensi usahatani, baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui penerapan teknologi mulai dari penentuan lokasi, penggunaan varietas, benih bermutu, penanaman, pemeliharaan, hingga penanganan panen dan pasca panen yang tepat.


Sayarat tumbuh
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan tepat.
Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan.


Panen dan paska panen
Panen dan Pasca Panen Pemanenan jagung dilakukan pada saat jagung telah berumur sekitar 100 hst tergantung dari jenis varietas yang digunakan. Jagung yang telah siap panen atau sering disebut masak fisiologis ditandai dengan daun jagung/klobot telah kering, berwarna kekuning-kuningan, dan ada tanda hitam di bagian pangkal tempat melekatnya biji pada tongkol. Panen yang dilakukan sebelum atau setelah lewat masak fisiologis akan berpengaruh terhadap kualitas kimia biji jagung karena dapat menyebabkan kadar protein menurun, namun kadar karbohidratnya cenderung meningkat. Setelah panen dipisahkan antara jagung yang layak jual dengan jagung yang busuk, muda dan berjamur selanjutnya dilakukan proses pengeringan.
Permasalahan akan timbul bila waktu panen yang berlangsung pada saat curah hujan masih tinggi, sehingga kadar air biji cukup tinggi, karena penundaan pengeringan akan menyebabkan penurunan kualitas hasil biji jagung. Cara pengeringan selain dengan penjemuran langsung di ladang, juga dapat dilakukan dalam bentuk tongkol terkupas yang dikeringkan di lantai jemur dengan pemanasan matahari langsung, dan bila turun hujan ditutupi dengan terpal plastik. Cara pengeringan jagung demikian memiliki kelemahan karena mudah ditumbuhi jamur, serangan hama kumbang bubuk, dan kotoran. Selain itu nilai kadar air biji jagung biasanya masih tinggi ( >17%).
Penundaan panen selama 7 hari setelah masak fisiologis dapat membantu proses penurunan kadar air dari 33% menjadi 27%. Namun penundaan pengeringan dengan cara menumpuk tongkol jagung yang telah dipanen di atas terpal selama 3–5 hari, meskipun mampu menurunkan kadar air akan tetapi dapat menyebabkan terjadinya serangan cendawan sampai mencapai 56-68%, sedangkan tanpa penundaan pengeringan, serangan cendawan dapat ditekan menjadi hanya berkisar antara 9-18%.
Penyebab lain terjadinya kerusakan pada biji jagung adalah karena adanya luka pada saat pemipilan, dan ini terjadi jika saat pemipilan kadar air biji masih tinggi (>20%). Biji yang terluka pada kondisi kadar airnya masih tinggi menyebabkan mudah terinfeksi oleh cendawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemipilan jagung pada kadar air 15-20% dapat menimbulkan infeksi cendawan maksimal mencapai 5%. Dengan menggunakan alat dan mesin pemipil pada kadar air biji jagung 35%, infeksi cendawan mencapai 10-15%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar air biji dan semakin lama disimpan, peluang terinfeksi cendawan akan lebih besar. Demikian halnya dengan tingkat serangan hama kumbang bubuk.
Persyaratan kualitatif dan kuantitatif jagung Umumnya produk hasil pertanian bersifat bulky (segar dan mudah rusak). Kerusakan hasil pertanian dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Kerusakan tersebut mengakibatkan penurunan mutu maupun susut berat karena rusak, memar, cacat dan lain-lain. Kelemahan lain dari hasil pertanian ini adalah biasanya bersifat musiman, sehingga tidak dapat tersedia sepanjang tahun.
Penanganan pasca panen merupakan salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut. Sebagai contoh banyak produk jagung di tingkat petani yang tidak terserap oleh industri yang disebabkan oleh beberapa hal seperti : kadar air tinggi, rusaknya butiran jagung, warna butir tidak seragam, adanya butiran yang pecah serta kotoran lain yang menyebabkan rendahnya kualitas jagung yang dihasilkan.
Penanganan pasca panen secara garis besar dapat meningkatkan daya gunanya sehingga lebih bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Hal ini dapat ditempuh dengan cara mempertahankan kesegaran atau mengawetkannya dalam bentuk asli maupun olahan sehingga dapat tersedia sepanjang waktu sampai ke tangan konsumen dalam kondisi yang baik. Persyaratan mutu jagung untuk perdagangan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif.


Persyaratan kualitatif meliputi :
1. Produk harus terbebas dari hama dan penyakit.
2. Produk terbebas dari bau busuk maupun zat kimia lainnya (berupa asam).
3. Produk harus terbebas dari bahan dan sisa-sisa pupuk maupun pestisida.





























BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Seberapa baik tanaman jagung yang dihasilkan sangat ditentukan oleh kondisi tanah yang akan ditanami tanaman jagung juga pengairan yang teratur ikalau cuaca sedang kemarau maka harus memberikan air yang sesuai dan melakukan pemupukan secara teratur karna bila pemupukannya terlalu berlebihan maka akan mengakibatkan tanaman jagung itupun mudah mati dan selalu siaga dalam mengantisipasi jikalau tanaman jagung terkena dengan hama.
Dan jagung juga sangat sangat di butuhkan didaerah daerah yang masih belum bias membeli beras karna harga beras yang tinggi maka jagung bias dijadikan suatu komoditi untuk penggati makanan pokok selain nasi maka dibutuhkan kualitas jagung yang bagus dan juga jagung sangat dibutuhkan bagi para peternak karna jagung bias juga untuk dijadikan suatu pakan ternak.

3.2 Saran
Maka oleh karena jagung sangatlah banyak manpaatnya maka para petani jagung sangat membutuhkan penyuluhan maupun mengetahuan akan tatacara pengolahan dalam menanam jagung yang baik.

Sabtu, 22 Mei 2010

SEJARAH KABUPATEN GARUT

Latar Belakang

Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendles dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila(indigo). Pada tanggal 16 Pebruari 1813, Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit.

Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cumurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun). Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak.

Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau "ngabaladah" tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : "Mengapa berdarah?" Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut".

Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut". (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SLTPI, SLTPII, dan SLTP IV Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut.. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan.

Pada tanggal 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibukota, seperti tempat tinggal, pendopo, kantor asisten residen, mesjid, dan alun-alun. Di depan pendopo, antara alun-alun dengan pendopo terdapat "Babancong" tempat Bupati beserta pejabat pemerintahan lainnya menyampaikan pidato di depan publik. Setelah tempat-tempat tadi selesai dibangun, Ibu Kota Kabupaten Limbangan pindah dari Suci ke Garut sekitar Tahun 1821. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tertanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota Garut pada tanggal 1 Juli 1913. Pada waktu itu, Bupati yang sedang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915). Kota Garut pada saat itu meliputi tiga desa, yakni Desa Kota Kulon, Desa Kota Wetan, dan Desa Margawati. Kabupaten Garut meliputi Distrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Tarogong, Leles, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk.

Pada tahun 1915, RAA Wiratanudatar digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929). Pada masa pemerintahannya tepatnya tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Wewenang yang bersifat otonom berhak dijalankan Kabupaten Garut dalam beberapa hal, yakni berhubungan dengan masalah pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, kebersihan, dan poliklinik. Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929).

KONFLIK DI PASAR MALANGBONG

Sesama Pedagang Pasar Malangbong Terjadi Konflik Internal

Masih belum tuntasnya permasalahan gugatan dari pihak yang mengaku lokasi pasar Malangbong Garut sebagai miliknya, kini warga pasar mengkhawatirkan terjadinya konflik yang bisa berujung bentrokan akibat gesekan antar warga pasar. Seorang pedagang pasar tersebut H. Oyo bersama beberapa pedagang lainnya mengatakan Rabu, munculnya konflik horizontal antar sesama pedagang bermula dari berdirinya pasar tandingan berlokasi tepat di depan pasar lama yang resmi.

Atau tepatnya di alun-alun dan terminal Malangbong, mengakibatkan gesekan antar pedagang pasar lama dengan pasar yang baru terus terjadi, sehingga rawan konflik yang bisa berujung pada bentrokan antar padagang. Bahkan kini situasinya, benar-benar rawan karena konflik antar pedagang pasar lama dengan pasar baru terus mengembang, yang bisa memuncak, katanya. Namun anehnya, Dinas teknis terkait mengesankan tutup mata atau sama sekali tidak mau tahu dengan berbagai permasalahan yang muncul di pasar Malangbong, padahal retribusi pasar terus dilakukan pungutan.

Sedangkan akar permasalahannya, dinilai berawal dari ketidak-tegasan Dinas terkait pada rencana pembangunan pasar Malangbong empat tahun lalu, yang hingga kini masih terbengkalai akibat munculnya gugatan dari pihak yang mengaku sebagai pemilik lahan pasar. Sehingga kini warga pasar mendesak Pemkab Garut agar segera merealisasikan pembqangunan pasar sekaligus menertibkan para pedagang liar, katanya. Sementara itu, Bupati Aceng HM Fikri berjanji segera menuntaskan segala permasalahan di pasar Malangbong termasuk rencana pembangunannya.

hayu urang sasarengan urang ngamajuken produk unggulan bangsa kita............
jangan ampe kalah dengan produk-produk buatan luar!!!!!